- Di Kaltara, Deteksi Dini Kanker Serviks dan Payudara
TANJUNG SELOR, Koran Kaltara – Angka penderita kanker di Indonesia masih tinggi. Dalam kurun waktu setahun, penderita kanker baru mencapai 348 orang. Bahkan versi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), angka kejadian kanker di Indonesia sebanyak 136,2 per 100.000 penduduk. Sesuai dengan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018, dengan mengambil sampel rumah tangga, bahwa prevalensi kanker (segala jenis) dari diagnosa dokter di Kaltara sekitar dua per mil.
Untuk prevalensi kanker tersebut, Kaltara berada pada urutan ke-8 se-Indonesia. Berdasarkan data kanker di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltara, belum terlaporkan dengan baik dan lengkap dari layanan kesehatan yang ada di kabupaten dan kota. Hal tersebut diakui oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kaltara Agust Swandy. “Soal pelayanan pengobatan kanker hampir semua ada di rumah sakit. Sementara itu untuk link data Dinkes dengan rumah sakit belum semua kabupaten dan kota berjalan baik sehingga data lengkap belum ada,” katanya kepada media, Selasa (5/2/2019).
Meski demikian, Agust membeberkan untuk jenis kanker yang lebih banyak dideteksi oleh Dinkes Kaltara ada dua jenis. Yaitu kanker serviks dan payudara, karena dua jenis kanker ini mudah dideteksi dan lebih mudah serta murah. Deteksi dini kanker serviks sudah bisa lewat tes
Inspeksi Visual Asetat (IVA) dan sadanis. “Kami melakukan deteksi dini hampir di semua Puskesmas. Tapi untuk diagnosa lanjut tetap di rumah sakit,” sebutnya.
Di tingkat Puskesmas, lanjutnya hanya berupa kecurigaan. Untuk di Kaltara, setingkat rumah sakit pun belum semua dapat mendeteksi semua jenis kanker. Untuk diketahui, dari grafik prevalensi kanker berdasarkan diagnosis dokter (per mil), untuk batasan umur 55-64 tahun paling tinggi dengan 4,62 persen. Terutama deteksi dini terhadap kaum hawa dan terdapat di wilayah perkotaan.
“Jadi untuk upaya kami adalah deteksi dini dan peningkatan perilaku hidup sehat agar dapat menekan atau menurunkan angka terkena kanker. Yaitu dengan menjaga pola makan, olahraga rutin, menghindari rokok dan minuman beralkohol,” jelas Agust.
Lebih jauh diterangkan, beberapa puskesmas di Kaltara melakukan pelayanan deteksi dini. Akan tetapi, masih banyak kaum hawa yang enggan diperiksa karena malu dan merasa tabu. Bahkan, sebagian masyarakat juga belum mengetahui gejala-gejala kanker. Sehingga terlambat ditangani dan banyak yang memilih pengobatan alternatif. “Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, terutama perempuan. Sosialisasi oleh PKK dan Duta IVA yang sudah ada di beberapa wilayah di Kaltara,” sambungnya.
Dia juga mengatakan, sosialisasi untuk menjaring sasaran di masyarakat agar mau diperiksa IVA dan sadanis (pemeriksaan payudara klinis). Pasalnya, cakupan pemeriksaan IVA di Kaltara baru sekitar 20 persen dari target 40 persen di tahun lalu. “Kami terus upayakan dengan sosialisasi ke masyarakat, melatih petugas dan melengkapi alat dan bahan,” ujarnya.
Sementara itu, untuk tes IVA di tahun 2017 dan 2018 didukung PKK dan Dinkes, termasuk mendapat bantuan pusat beberapa alat krioterapi. Sebagaimana diketahui, speculum IVA tiap tahun diadakan 1.000 set. Itu merupakan alat untuk terapi bagi yang dicurigai kanker leher rahim. Petugasnya juga sudah ada beberapa dokter yang dilatih oleh pemerintah pusat. “Saat ini di Dinkes Provinsi masih ada stok speculum untuk IVA, yang akan kami distribusi ke kabupaten dan kota,” tuntasnya.
(*)
Reporter : Fathu Rizqil Mufid
Editor : Nurul Lamunsari